Senin, 24 September 2012

Stop Motion of Justin Bieber - One Time (Accoustic)

Hey there :)
I just wanna share my school project when I was in 10th grade.
I made this with my friends, Ayu, Diza, Hera, and Rafiqa. and big thanks to Ayu for editing this video :)
Sorry if it still like a mess. We are just amateur :p
Enjoy it!


thanks for watching :)

Same Place, Same Time, Tomorrow (Short Movie)

Hey, bloggers. This is also my favorite short movie and I wanna share it with you! :D
This movie tells about a shy guy met his love at first sight.
Please enjoy guys!


thanks for watching. xoxo

Durable Love (Short Movie) by Joko Anwar

Hai bloggers :) kali ini gue pengen share film pendek yang paling gue suka.
Judulnya "Durable Love". Film pendek ini mengisahkan tentang seorang cewek yang jatuh cinta pada seorang kutu buku. Well, pengemasannya cukup menarik dan lucu :)
Enjoy it guys!


thanks for watching ;)

Kamis, 20 September 2012

Hujan Pertama Dengan Pelangi

Kelam langit biru memberi sebuah tanda.
Angin dingin berhembus membawa sebuah pesan.
Setetes air turun dari langit,
diikuti beberapa tetes lainnya
Kerinduan tanah akan kesejukan,
menangkap berjuta tetes air itu.
Membasahi dengan berbagai sahaja.

Inikah yang dinamakan hujan?
Jutaan tetes air yang turun dari langit?
Apakah ia membawa kebahagiaan? atau justru kesedihan?

Tetes-tetes air deras itu mereda.
Genangan air muncul.

Awan kelam beranjak pergi.
Sinar matahari menyusup dari sela-sela awan.
Tak butuh waktu lama sampai burung kembali menyanyi.

Tapi apa itu?
Warna-warni apa yang menghiasi langit berbentuk setengah lingkaran?
Itukah pelangi? Sunguh indah.
Sapuan indah gradasi warna dari sang Pencipta.
Angin kembali berhembus, kali ini dengan kehangatan.
Dedaunan bergerak riang menyambut musim hujan.
Pelangi mempertunjukkan warnanya. Warna musim hujan.

Semoga hujan selalu membawa kebahagiaan bagi siapapun di dunia bersama dengan pelangi yang akan selalu muncul dengan keindahan warnanya setelah awan gelap.

Kamis, 06 September 2012

I'm Sorry - part 3 (English Version)


POV: Joe

Really, what actually happen with my sister? It was almost half an hour she was back and forth like that in front of me, crossing her arms over her chest. She had an extra-class, isn’t she?
"Hey, Nadine. Actually, what’s wrong with you?" I said, drinking iced coffee.
Nadine stopped walk around and looked at me sharply. Really? "Why you asked Miss Kim on a date?" Wow, straight to the point.
"A date? What do you mean? I just ask her to-" she was cut my unfinished explain.
"Lunch, dating, what's the difference?" Hmm maybe Nadine would be a talented lawyer.
Nadine was still staring at me while I looking for the right answer. "Of course different. When dating, do you have feeling for the people that you invite. If lunch-" again, Nadine cut my explanation.
"So, you just wanna play Miss Kim?" Turned into a fierce tone. In which side she is? Should be me!
"Not like that. I’m not mean to-" shit. what the heck this kid want? Always cut off my words.
"So, do you attracted to Miss Kim?" I feel like being interrogated by my own sister. I should put in Nadine to Police Academy.
I sighed and silent. I glanced at my watch and said, "Oh, my goodness! Nadine you're late on piano lessons. You've got to get going if you don’t want to be late." Okay, maybe I'm just delaying the problem. This is better than I say the wrong words.
"Okay, okay. you owe me an answer." Nadine replied while walking lazily to the car.
Well, at least she did not have to take public transportation because of a girl next door, which turned out to crush me (I’m not over confidence, this is the fact), my sister would deliver anywhere as long as I want to help her study.
Hmm .... I had better get ready to campus if I want to not to be late. Presentation in class Mr. Kuncoro? Oh, you didn’t want to be late for a second!

-----

POV: Kim

Thirty minutes remaining...
I've never been this nervous on a date with... oh I don’t mean date, but lunch with a guy. What's his name again? Oh yeah, Joe. Maybe because he was the older brother of my students. Or because he's pretty good-looking? Maybe both ...
My class was over 30 minutes ago. I no longer have class schedule.
Hahh ... I hate when I have to wait with no one accompany me. I'm like a fool sitting alone like this. I thought, wait it is the best activity to waste your time. Especially if what you waiting for was not so eagerly come ...
Well, luckily that guy come sooner! Thankfully ...
"Hi," said Joe, smiling. Waaah his smile ...
Because my mood was bad because of wait wait, I just smiled. It was not his fault really. After all, he's coming faster than the time we deal.
"is it been a long wait?" he asked with a look of dismay as he glanced at his watch. You do not have to worry Joe, you're not late.
"Yes."
My quick answers makes his eyebrows rose and his mouth slightly agape. Well, sort of facial features shock and disbelief and wonder into one.
"Calm down. It's not your fault. My class finished sooner. You actually came early, isn’t it? "I immediately clarified before his face grew strange and I laughter gushed.
Instantly his face turned into relief. Glad to see his face back to normal and handsome again.
"Where we gonna eat?," I asked to break the situation. You know? Before the situation turn into more awkward.
"I heard the sushi restaurant down the road good. Really?"
"I don’t know. I don’tt like sushi. Raw food as it makes me sick." I replied with a straight face, rubbing my stomach. Imagine it has made my appetite decreased.
"So what do you like?"
"Well ... actually anything, just not sushi. But now I'm like traditional food. "
"Hmm ... I think I know where the traditional food that tastes good. You still have a class? "
Why would he ask? Hmm ... "Apparently not. Why? "
"Come with me." Without answering my question, he immediately grabbed my arm and took me to the parking lot.
Before he told me to go, I voiced my anxiety. "Wait!"
He looked at me carefully. Awaiting sentence continues. Oh, God ... you create a very beautiful eyes!
"What about my bike," I asked.
His shocked face back. But this time it just shocked. Oh, funny shocked face.
"You bring a bike?" Joe asked, turning even disbelief. Is women should not take the bike?
"Yes."
Hearing my curt answer, she smiled sweetly. Hey, you should not smile like that, sir! Really! I can’t kept curt or mad at him. Huh.
"I'll Take you back here." He said, still with a smile. Can you stop that smile?
I pretended to think for a moment before I nod my head. Of course I could not let him judge a slut.
"Then, let's go." Joe please get into the front passenger seat. And Joe keep my head so as not to hit. Joe also closed the car door.
Joe jogged around the car and sit on the driver's seat. He started the car and looked back at me and smile sweetly.
"So, are you ready for a half-day adventure with me?" Her eyes shining spirit and lips smile wider.
"Actually, we'll have lunch or go to Narnia?" I rolled my eyes. Oh, come on. Did I say it?
"Hahahahaha ..." he laughed and it made me a little flushed. "Probably both. So I hope you tighten the seat belt." He said with enthusiasm.
Joe runs his Mercedes. And my heart was beating fast.


* Where exactly Joe will bring Kim? Do they both have the same interests and feelings? Wait in the next part :) sorry if the story is less interesting. And thank you already want to read. xoxo.

I'm Sorry - part 3


POV: Joe

Sungguh, sebenarnya ada apa dengan adikku? Sudah hampir setengah jam dia mondar mandir seperti itu di depanku sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Bukankah sebentar lagi dia harus les?
“Hey, Nadine. Sebenarnya kau ini kenapa?” tanyaku sambil meminum es kopi.
Nadine berhenti modar mandir dan menatapku dengan tajam. Benarkah? “Kenapa Kakak mengajak Kak Kim kencan?” wow, langsung to the point.
“Kencan? Apa maksudmu? Kakak hanya mengajaknya-“ belum selesai elakanku, dia sudah memotong.
“Makan siang, kencan, apa bedanya?” hmm mungkin Nadine akan menjadi pengacara yang berbakat.
Nadine masih memelototiku selagi aku mencari jawaban yang pas. “tentu saja berbeda. Kalau kencan, kau punya rasa terhadap orang yang kau ajak. Kalau makan siang-“ lagi-lagi Nadine memotong penjelasanku.
“Jadi Kakak mau bilang kalau Kakak hanya main-main dengan Kak Kim?” nada suaranya berubah menjadi sengit. Sebenarnya berpihak pada siapa Nadine ini? Seharusnya padaku!
“Bukan begitu. Kakak bukannya-“ sial. Maunya apa sih bocah ini? Selalu saja memotong perkataanku.
“Jadi, Kakak tertarik pada Kak Kim?” aku sudah merasa seperti diinterogasi oleh adikku sendiri. Seharusnya kumasukkan saja Nadine ke sekolah polisi.
Aku menghela nafas dan diam sejenak. Aku melirik arlojiku dan berkata, “Ya, ampun! Nadine kau sudah terlambat les piano. Kau harus segera berangkat kalau tidak mau terlambat.” Oke mungkin aku hanya menunda masalah. Ini lebih baik daripada aku salah ngomong nantinya.
“Oke, oke. Kakak berhutang jawaban padaku.” Balas Nadine sambil berjalan malas ke mobil.
Well, setidaknya dia tidak harus naik kendaraan umum karena seorang gadis tetangga kami, yang ternyata naksir berat padaku (bukannya aku GR, ini kenyataannya), mau mengantarkan adikku kemana pun asal aku mau membantunya belajar. Itung-itung mengingat pelajaran SMA.
Hmm…. Sebaiknya aku segera bersiap-siap ke kampus agar tidak terlambat. Presentasi di kelas Pak Kuncoro? Oh, kau takkan mau terlambat sedetik pun!

-----

POV: Kim

Tiga puluh menit lagi…
Aku tak pernah segugup ini kencan dengan… oh maksudku bukan kencan tapi makan siang, dengan seorang cowok. Siapa namanya kemarin? Oh ya, Joe. Mungkin karena dia itu kakak dari muridku. Atau karena dia lumayan tampan? Barangkali keduanya…
Kelasku sudah usai 30 menit yang lalu. Aku tidak ada jadwal kelas lagi.
Hahh… aku paling benci kalau harus menunggu tanpa ada yang bisa menemaniku. Aku seperti orang bodoh duduk sendirian seperti ini. Menurutku, menunggu itu adalah kegiatan yang paling membuang waktumu sia-sia. Apalagi kalau yang ditunggu ternyata tidak jadi datang…
Wah, untungnya cowok itu datang lebih cepat! Syukurlah…
“Hai,” sapa Joe sambil tersenyum. Waaah senyumnya itu…
Karena aku bete menunggu, aku hanya tersenyum saja. Bukan salah dia juga sih. Toh, dia datang lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
“Udah lama nunggu?” tanyanya dengan raut cemas sambil melirik arlojinya. Kau tidak perlu khawatir Joe, kau tidak terlambat.
“Ya.”
Jawaban singkatku membuat kedua alis Joe naik dan mulutnya sedikit menganga. Yah, semacam raut wajah kaget dan tidak percaya serta heran menjadi satu.
“Tenang. Ini bukan salahmu. Kelasku selesai lebih cepat. Kau malah datang lebih awal, bukan?” aku segera memberi klarifikasi sebelum wajahnya bertambah aneh dan tawaku menyembur.
Seketika wajahnya berubah menjadi lega. Senang melihat wajahnya kembali tampan.
“Makan apa kita?” tanyaku memecah suasana. Kau tau? Sebelum suasana di sini tambah canggung.
“Kudengar restoran Sushi di ujung jalan enak. Benarkah?”
“Entahlah. Aku tidak suka Sushi. Makanan mentah seperti itu membuatku mual.” Jawabku sambil memasang wajah tidak suka sambil mengelus perutku. Membayangkannya saja sudah membuat nafsu makanku menurun.
“Lantas apa yang kau suka?”
“Yah… sebenarnya apa saja, asal bukan Sushi. Tapi sekarang aku sedang ingin makanan tradisional.”
“Hmm… sepertinya aku tau di mana makanan tradisional yang enak. Kau masih ada kelas?”
Kenapa dia bertanya seperti itu? Hmm… “Sepertinya tidak. Kenapa?”
“Ayo ikut aku.” Tanpa menjawab pertanyaanku, Joe langsung meraih lenganku dan membawaku ke lapangan parkir.
Sebelum dia menyuruhku masuk, aku menyuarakan kegelisahanku. “Tunggu!”
Dia menatapku dengan seksama. Menunggu kalimatku berlanjut. Oh, Tuhan… kau menciptakan sepasang mata yang sangat indah!
“Bagaimana dengan motorku?” tanyaku.
Raut kagetnya kembali. Tapi kali ini hanya kaget saja. Oh, lucunya wajah kagetnya.
“Kau bawa motor?” Joe malah balik bertanya dengan nada tidak percaya. Memangnya perempuan tidak boleh bawa motor?
“Iya.”
Mendengar jawaban ketusku, ia langsung tersenyum manis. Hey, seharusnya kau tidak tersenyum seperti itu, Tuan! Sungguh! Dia membuatku tak bisa ketus ataupun marah padanya. Huh.
“Akan aku antarkan kamu kembali kesini.” Ucapnya masih dengan senyumnya. Bisakah kau hentikan senyuman itu?
Aku berpura-pura berpikir sejenak sebelum kuanggukkan kepalaku. Tentu aku tidak bisa membiarkannya menilaiku wanita gampangan.
“Kalau begitu, ayo masuk.” Joe mempersilahkanku masuk ke kursi penumpang bagian depan. Dan Joe menjaga kepalaku agar tidak terbentur. Joe juga menutupkan pintu mobilnya.
Joe berlari kecil memutari mobil dan menduduki kursi supir. Dia menyalakan mesin mobil dan menengok kepadaku dan kembali dengan senyuman manisnya.
“Jadi, apakah kau siap setengah hari berpetualang denganku?” matanya bersinar-sinar semangat dan bibirnya menyunggingkan senyum yang lebih lebar.
“Sebenarnya kita akan makan siang atau pergi ke Narnia?” aku memutar mataku. Oh, yang benar saja. Benarkah aku mengucapkannya?
“Hahahahaha…” dia tertawa dan itu membuatku agak merona. “Mungkin keduanya. Jadi kuharap kau mengencangkan sabuk pengamanmu.” Ucapnya dengan semangat.
Joe menjalankan Mercedes-nya. Dan jantungku pun berdetak lebih cepat.


*Kemanakah sebenarnya Joe akan membawa Kim? Apakah keduanya memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama? Tunggu di part selanjutnya ya J maaf kalau ceritanya kurang menarik. Dan terima kasih sudah mau membaca. xoxo