Cewek itu masih tersenyum dan
masih menunggu respon dariku. Setidaknya itulah yang kutangkap.
Lalu aku tersadar, mungkin
terlihat aneh hanya diam seperti ini. “hai,” sapaku yang terdengar kaku di
telingaku sendiri. Entah dia mendengarnya seperti apa.
Namun dia hanya tersenyum,
semakin lebar kurasa. “mau melihat kami latihan?” ajaknya sambil
mempersilahkanku untuk masuk.
Aku pun bimbang ketika melihat
adikku menggelangkan kepalanya dengan wajah memohon. Sial, aku harus memilih
yang mana? Setidaknya aku harus memilih akal sehatku.
“Umm…. Tidak terima kasih. Masih
ada hal lain yang harus kukerjakan.”
Kudengar suara helaan nafas pelan
dari bawah. Dari adikku. Apakah ini perasaanku saja atau adikku memang tidak
ingin aku melihatnya menari? Apa seorang kakak tidak boleh melihat adiknya
menari? Adikku sungguh membingungkan.
“Oh, sayang sekali.” Ucap cewek
itu dengan wajah yang….. entahlah. Kecewa mungkin?
“mungkin lain kali aku bisa.”
Sebisa mungkin aku tidak tersenyum terlalu lebar.
“baiklah. Usahakan kau akan
menonton pertunjukkan kami. Karena adikmu-lah pemeran utamanya.”
Tunggu. Apa? Pertunjukkan? Nadine
sebagai pemeran utama? Dan dia tidak memberitahuku?
“oke. Sebaiknya kakak pergi
sekarang. Kakak punya tugas untuk diselesaikan, bukan? Aku harus segera
latihan.” Tiba-tiba adikku menyela ketika aku ingin menyuarakan pikiranku
sambil mendorongku keluar. Apa barusan adikku berusaha untuk mengusirku? Tidak
sopan.
Di detik terakhir Nadine akan
menutup pintu, aku menahannya. Takkan kubiarkan kesempatan yang tak mungkin
terulang lagi ini melayang begitu saja.
“umm…. Kalau boleh aku tau, siapa
namamu?” tanyaku dengan susah payah menahan pintu yang Nadine berusaha tutup
sekuat tenaga. Hey, ada apa dengan anak ini?
Cewek itu terlihat agak kaget
dengan pertanyaanku yang sepertinya agak tiba-tiba. “Kimberly. Kau bisa
memanggilku Kim.” Jawabnya sambil tersenyum manis. OMG senyumnya….
“aku Joseph. Atau Joe saja.”
Balasku sambil membalas seyumnya.
Tiba-tiba Nadine mendorong pintu
ini lebih kuat. oh, tidak secepat itu anak muda. Ingat, aku ini kakak
laki-lakimu. Tentu saja aku lebih kuat.
“mungkin makan siang di restoran
dekat sini?” ajakku. Kumohon katakan ‘ya’!
“sekarang?” tanyanya dengan wajah
heran. Oh ini salahku tidak menyebutkan kapan. Tapi wajah herannya begitu
manis.
“oh, bukan. Bukan. Mungkin
besok?”
Kulihat dia tertawa kecil.
Terlihat makin mempesona. Tunggu. Ada apa denganku? Dia hanya tertawa. dan apa
yang terjadi padaku? Apakah barusan aku terpesona? Tidak, tidak.
“baiklah.”
Oke, kuakui mungkin aku sudah
gila. Dia menerima tawaranku dan aku merasa sangat senang? benarkah?
“oke, aku akan ada di sini
sekitar jam….. 12?”
“oke. Sampai jumpa besok?”
“sampai jumpa besok.” Ucapku
sambil mengangguk yakin.
Dan apa yang tak kuduga terjadi.
Kekuatan Nadine bertambah! “kau harus pergi, kak!” aku mengendurkan penahananku
dan…. BRAK!!
Pintu pun tertutup dengan keras
dihadapanku. “kau tak perlu sekasar itu, dik!” seruku di depan pintu.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan adikku? Siapa yang tau?
Aku mengedikkan bahu dan berjalan
menuruni tangga. Aku tak percaya dengan apa yang barusan kulakukan. Aku
mengajak seorang cewek yang baru kukenal untuk makan siang? Wow. Sebuah
kemajuan kupikir.
Sekarang aku harus segera pulang
dan menyelesaikan tugasku.
------
POV: Kim
Apa barusan seorang cowok yang
baru kulihat mengajakku makan siang? Dan aku menerimanya? Ah, biarlah. Mungkin
aku takkan terlalu menyesal. Senyumnya lucu juga. Seperti senyum anak kecil.
Aku menyukai senyumnya.
BRAK!!
Dan apa pintu kelas tariku baru
saja terbanting? Dan yang membantingnya adalah Nadine? Gadis berumur 10 tahun?
Kekuatan apa yang merasuki gadis ini?
“kau tak perlu sekasar itu, dik!”
seru Joe dari luar. Aku tertawa mendengarnya. Dan terdengar langkah kaki
menuruni tangga. Joe sudah pergi dan Nadine kini memelototiku.
“apa?” tanyaku.
Tatapan Nadine menjadi tatapan
penuh selidik. “apa kau tertarik pada kakakku?” uuhh… tak hanya tatapannya,
nada suaranya pun juga.
“hmm…. Dia lumayan tampan. Dan
sepertinya……” aku menggerling padanya. Berusaha untuk menggodanya.
Dan Nadine malah kesal padaku.
“pacari saja kalau begitu!” serunya sambil berjalan ke ruang ganti dengan
menghentakkan kaki. Apa dia marah padaku?
“Nadine! Hey, aku hanya bercanda!
Jangan marah padaku.” Kukejar dia ke ruang ganti. Bisa gawat kalau dia ngambek
saat latihan. Mood-nya tidak boleh rusak atau pertunjukannya yang akan rusak.
Tak kukira janji makan siang
dengan seorang cowok saja akan menyulitkan sesi latihan kali ini. Tapi mungkin
ini akan menyenangkan.
*kenapa
Nadine marah ketika kakaknya, Joe tertarik pada guru tarinya, Kim? dan apakah
hubungan Joe dan Kim akan baik-baik saja? tunggu di part selanjutnya :) maaf
kalau agak membosankan. xoxo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar